I. PENDAHULUAN
Maria
sebagai Ibu Yesus adalah sosok perempuan yang tidak dapat dilepaskan begitu
saja kehadirannya dari sejarah penyelamatan Allah melalui kelahiran puteraNya
Yesus Kristus kedalam dunia ini. Sosok Maria Ibu Yesus adalah pribadi yang
sangat penting bagi umat manusia. Kehadirannya sebagai perempuan yang dipilih
Allah untuk mengandung dan melahirkan PuteraNya Yesus Kristus ternyata tidak
terbatas pada zamannya saja bahkan sesudah ia tiada pun kehadirannya masih terus
dirasakan dan dimaknai khususnya bagi umat Katolik yang memaknainya sebagai
Santa Perawan Maria. Oleh karena itu dalam tradisi Gereja Katolik, Gua Maria
adalah tempat yang dipusatkan untuk melakukan ziarah dan devosi kepada Maria.
Tempat-tempat tersebut dapat ditetapkan sebagai tempat ziarah karena dengan
pertimbangan bahwa adanya penampakan supranatural Maria ataupun faktor sejarah
sebagai tempat devosi dan ziarah umat Katolik[1]. Begitu
banyak hal yang menarik jika membahas Maria Ibu Yesus sebagai ikon, akan tetapi
pada tulisan ini, saya hanya akan membatasi pembahasan pada patung Bunda Maria khususnya
di Gua Maria Sendangsono dan menguraikan kajian teologi, spiritualitas dan seni
terhadap patung tersebut.
v Perjumpaan yang mengesankan
Pada tahun 2008 program studi CRCS
UGM mengadakan kunjungan ke Gua Maria Sendangsono, Yogyakarta. Pada saat itulah
untuk pertama kali saya berjumpa dengan sosok Bunda Maria, ibu Yesus yang
sangat terkenal itu. Mengenang peristiwa kala itu, sungguh sulit dijelaskan
dengan kata-kata mengenai perasaan yang menyelimuti kami semua yang datang dari
berbagai latar belakang agama. Dalam keheningan kami takjub berada di tempat
itu sebagai salah satu pusat peziarahan rohani umat Katolik di Yogyakarta. Kompleks peziarahan yang cukup luas ini
terbagi atas kapel-kapel kecil, lokasi Jalan Salib, Gua Maria, pendopo, sungai
dan tempat penjualan perlengkapan ibadah. Kami mengitari kompleks gua
dan terpesona dengan prosesi Jalan Salib yang diabadikan dalam diorama-diorama.
Sedang ada ibadah pada waktu itu yang dilayani oleh seorang Pastur. Umat pun
tampak khusuk beribadah dan tidak terganggu dengan kedatangan kami. Sebagai
tempat peziarahan rohani maka gua ini pun terbuka untuk umum dan sangat ramai
didatangi oleh masyarakat dari berbagai macam latar belakang agama. Ada sedikit
kerumunan disisi sebelah kiri dan kamipun bergegas kesana, disanalah berdiri
patung Bunda Maria, ikon yang sangat terkenal di Gua Maria Sendangsono ini. Tampak
beberapa orang berdiri di depannya, adapula yang menundukkan kepala berdoa. Sayapun
pergi dan berdiri dihadapannya. Terpesona, takjub, hormat, penuh harap,
perasaan yang tidak terlukiskan seketika lamanya memandangnya. Seorang teman
menjelaskan kepada saya tentang cara berdoa di depan patung Bunda Maria. Sayapun
berdoa sambil mengatupkan tangan yang memegang secarik kertas berisi permohonan
dan pergumulan yang ingin disampaikan. Sesudah itu kertas itu dibakar di tempat
yang sudah disediakan. Terakhir saya menyalakan lilin dan menaruhnya di dekat
patung. Hal menarik lainnya adalah ketika kami hendak pulang tiba-tiba saya
sekilas melihat rekan sekelas yaitu seorang pria Muslim, tertunduk dengan
hikmatnya didepan patung itu sambil tangannya memegang tasbih, ia berdoa.
Rupanya ia menunggu untuk memperoleh kesempatan pribadi berdoa di depan patung
itu. Meski hanya sebentar tetapi pertemuan dengan Maria meninggalkan kesan yang
mendalam sehingga jika saya pergi ke peziarahan manapun saya akan teringat
kesan pertama berjumpa dengannya, Bunda Maria di Sendangsono.
v Bunda Maria sebagai Ikon
Hidup rohani ditengah-tengah
masyarakat yang menguras tenaga kita, menuntut kita untuk mengambil langkah
yang terencana untuk menjaga ruang batin tempat kita dapat mengarahkan mata
kita menuju keindahan Tuhan[2].
Disinilah letak peran ikon-ikon yang sangat signifikan dapat mendorong dan menolong
kita untuk berjumpa dengan Allah. Adapun pengertian ikonik adalah tradisi yang dapat menggambarkan yang ilahi,
sebaliknya an-ikonik berarti tidak
bisa digambarkan. Tradisi an-ikonik dipegang oleh kaum Yahudi merujuk tradisi dalam
PL, sedangkan ikonoclass adalah
orang-orang yang tetap mempertahankan ikonik[3].
Ikon diciptakan dengan satu maksud, yaitu menawarkan jalan masuk, melalui pintu
yang dapat dilihat, masuk kedalam misteri yang tidak dapat dilihat. Ikon-ikon
dibuat untuk menuntun kita masuk ke dalam ruang doa batin, dan membawa kita
dekat kepada hati Allah[4].
Bunda Maria sebagai ikon sangat terkenal
dengan pesan-pesannya yang bersifat ajakan dan anjuran kepada umat untuk
bertobat ketika ia menampakkan dirinya kepada orang-orang tertentu. Salah satu
yang terkenal adalah penampakkan Maria di Fatima. Fatima adalah sebuah kota
kecil sebelah utara kota Lisbon di Portugal. Pada tahun 1917 Bunda Maria
menampakkan diri di Fatima kepada tiga orang anak gembala. Mereka adalah Lucia
dos Santos berumur 10 tahun, sepupunya bernama Fransisco Marto berumur 9 tahun
dan Jacinta Marto berumur 7 tahun[5].
Berikut ini beberapa penggalan kata-katanya:
"Janganlah takut, aku tidak akan
menyusahkan kalian. Aku datang dari surga. Allah mengutus aku kepada kalian.
Bersediakah kalian membawa setiap korban dan derita yang akan dikirim Allah
kepada kalian sebagai silih atas banyak dosa -sebab besarlah penghinaan
terhadap yang Mahakuasa- bagi pertobatan orang berdosa dan bagi pemulihan atas
hujatan serta segala penghinaan lain yang dilontarkan kepada Hati Maria yang
Tak Bernoda?"
"Manusia harus memperbaiki kelakuannya
serta memohon ampun atas dosa-dosanya."
Kemudian dengan wajah yang amat sedih Bunda
Maria berbicara dengan suara yang mengiba: mereka tidak boleh lagi menghina
Tuhan yang sudah begitu banyak kali dihinakan.”
v Patung Bunda Maria dan Sejarah Sendangsono
Patung Bunda Maria ini terletak
di Gua Maria Sendangsono. Sendangsono dapat ditempuh dalam waktu
sekitar 15 menit dari jalan raya Wates dengan melewati jalan yang relatif
sempit kecil menuju ke arah barat. Sendangsono
adalah tempat ziarah Goa Maria yang terletak di Desa Banjaroyo, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta. Gua Maria Sendangsono dikelola oleh Paroki St.
Maria Lourdes di Promasan, barat laut Yogyakarta[6]. Tempat ini ramai
dikunjungi peziarah dari seluruh Indonesia pada bulan Mei dan bulan Oktober.
Selain berdoa, pada umumnya para peziarah mengambil air dari sumber mata
air disitu. Mereka percaya bahwa air
tersebut dapat menyembuhkan penyakit. Menurut sejarahnya,
awalnya, sebutan Sendangsono tidak untuk menyebut suatu nama tempat.
Sendangsono merupakan sebutan untuk sumber air yang berada di bawah pohon Sono.
Istilah Sendangsono merupakan gabungan dua kata, Sendang dan Sono. Sendang
merupakan istilah Jawa untuk menyebut sumber air. Sono adalah nama sebuah pohon
(baca: Angsana). Oleh karena itu, Sendangsono merupakan sebutan untuk mata air
yang berada di bawah pohon Sono. Dulu, sebelum nama Sendangsono dikenal, orang
sering menyebut sumber air itu dengan sumber Semagung. Dalam perkembangannya,
orang mengenal dengan nama Sendangsono. Secara geografis, Sendangsono berada di
pegunungan Menoreh dan beralamatkan di Dusun Semagung, Desa Banjaroya,
Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Sendangsono berbatasan dengan Jawa Tengah kira-kira 30 km dari Kota
Magelang dan 15 km sebelah selatan Muntilan. Sendangsono sebagai tempat ziarah
merupakan momentum peristiwa lahirnya gereja (dibaca: umat Katolik) di sekitar
Kalibawang. Proses terbentuknya tempat ziarah ini berkaitan erat dengan
perkembangan umat Katolik di sekitar Kalibawang. Perkembangan umat katolik yang
pesat mendorong lahir dan berkembangnya Sendangsono. Sebelum menjadi tempat
ziarah yang berciri Katolik, sumber air di bawah pohon Sono dikenal sebagai
tempat keramat. Konon, di tempat itu digunakan untuk semedi. Masyarakat sekitar
yakin ada roh-roh yang berdiam di tempat itu. Menurut legenda, bila roh-roh
terganggu, mereka akan mencelakai. Konon pula, di pohon Sono itu berdiam
seorang ibu yang bernama Dewi Lantamsari dan anak tunggalnya Den Baguse Samijo.
Dua makhluk itu menjadi penguasa
daerah itu. Menurut dongeng kuna juga, sumber air Semagung juga
digunakan sebagai tempat istirahat para bikshu yang mengadakan perjalanan dari
Borobudur ke Boro atau sebaliknya. Dulu Boro dikenal sebagai biaranya para
bikshu meskipun sekarang ini sudah tidak ada bekasnya. Memang bila dilihat dari
jaraknya, sumber Semagung ini berada di tengah-tengah antara Borobudur dan Boro[7].
Keberadaan Sendangsono tak luput dari peran Romo Van Lith SJ, rohaniawan Belanda yang lama
tinggal di Pulau Jawa. Hal itu juga menandakan bahwa Sendangsono tidak bisa dilepaskan dari
lingkaran sejarah Gereja Katolik di Pulau Jawa mengingat Romo Van Lith sendiri
merupakan salah satu rohaniwan yang menyebarkan ajaran Katolik di Pulau Jawa. Hakekat keberadaan
Sendangsono adalah semakin mengakarnya iman umat. Hal ini dapat ditilik dari
sejarah awal Sendangsono yang menjadi tempat pembabtisan I. Dari Sendangsono, iman
Katolik tersebar ke penjuru tanah air[8].
Pada 14 Desember 1904 silam Romo Van
Lith membaptis 171 warga setempat dengan air dari kedua pohon sono, termasuk
Barnabas Sarikrama sebagai
katekumen pertama. Peristiwa fenomenal itu
bisa dikatakan menjadi tonggak emas bagi misi Katholik di Indonesia, sekaligus
menjadi bukti sukses perjalanan sejarah seorang misionaris bernama Franciscus
Georgius Josephus Van Lith atau seringkali disingkat sebagai Van Lith[9]. Secara historis
Sendangsono memang tak bisa dipisahkan dari sejarah misi Katholik yang berawal
dari Kota Muntilan, Kabupaten Magelang. Dua puluh lima tahun kemudian tepatnya
8 Desember 1929 Sendangsono dinyatakan resmi menjadi tempat penziarahan oleh
Romo J.B. Prennthaler SJ. Patung Bunda Maria di Sendangsono dipersembahkan
oleh Ratu Spanyol yang begitu susahnya diangkat beramai ramai naik dari bawah
Desa Sentolo oleh umat Kalibawang. Pada 1945 Pemuda Katolik Indonesia berkesempatan
berziarah ke Lourdes, dari sana mereka membawa batu tempat penampakan Bunda
Maria untuk ditanamkan di bawah kaki Bunda Maria Sendangsono sebagai reliqui
sehingga Sendangsono disebut Gua Maria Lourdes Sendangsono. Dibangun secara
bertahap sejak tahun 1974, hanya dengan mengandalkan sumbangan umat. Budayawan
dan rohaniawan, YB Mangunwijaya yang memberi sentuhan arsitektur. Pada 17
Oktober 2004 dengan diadakan suatu prosesi dan misa ekaristi kudus pada jam
10.00 pagi oleh Mgr. Ign.
Suharyo Pr. untuk memperingati 100 tahun Sendangsono.
II. KAJIAN PATUNG BUNDA MARIA SENDANGSONO
Peziarah meyakini bahwa Maria
adalah pengantara rahmat dan doa kepada Allah. Dari doa-doanya sebagian besar
peziarah memohon kesuksesan dalam usaha, ketentraman rumah tangga, jodoh, perlindungan
dalam hidup, dan sebagainya. Semuanya bermuara pada keyakinan bahwa Bunda Maria
menjadi penolong dan pengantara kepada kesatuan dengan Bapa di sorga. Kapel atau
Gua Maria Bunda Segala Bangsa ini ciri bangunannya seperti lorong dan ditandai
dengan tembok berbentuk lingkaran. Bangunan itu menggambarkan kerahiman dan
ketulusan seorang Ibu. Harapannya Maria menjadi pelindung dan pengantara bagi
segala bangsa untuk bertemu dengan Tuhan. Disinilah terletak patung Bunda
Maria.
Pada tahun 1923, ketika berkarya
di Boro dan sekitarnya, Rama JB. Prennthaler SJ mempunyai gagasan untuk
menjadikan Sendangsono sebagai tempat suci karena airnya sudah diberkati[10].
Beliau mengusulkan didirikan gua untuk bersemayam Bunda Maria yang tak bernoda.
Bila Maria bertahta di Sendangsono, orang-orang dapat berdoa kepadanya untuk
minta perlindungan. Gagasan ini disambut baik oleh penduduk sekitarnya. Setelah
mencapai kata sepakat, gagasan itu diwujudkan. Masyarakat bergotong royong
mencari batu, pasir dan batu kapur. Gua dibangun bersama-sama secara bergotong
royong. Patung Bunda Maria seberat 300 kg didatangkan dari Swiss dan diturunkan
di Sentolo Wates Kulon Progo. Dari Sentolo sampai Sendangsono (kira-kira 30 km)
dipikul bersama-sama. Goa Maria Sendangsono diberkati pada tanggal 8 Desember
1929. Pemberkatan itu bertepatan dengan perayaan 75 tahun peresmian dogma Maria
yang Dikandung Tanpa Noda. Pada saat pemberkatan Rama JB. Prennthaler SJ
mengatakan bahwa pendirian goa Maria Sendangsono merupakan wujud syukur atas
perlindungan Bunda Maria pada karya misi di Kalibawang. Dengan demikian, Goa
Maria Sendangsono merupakan monumen peringatan 25 tahun karya misi Katolik di
Kalibawang. Pada Peringatan 25 tahun karya misi Katolik di Kalibawang ini, Paus
Pius XI memberikan penghargaan kepada Bapak Barnabas Sarikrama atas jasanya
dalam mengembangkan misi Katolik di Kalibawang.
Goa Maria ini didirikan terutama
untuk mengucapkan terima kasih atas karya Tuhan bagi umat Kalibawang. Maka
dalam kotbahnya Rama JB. Prennthaler mengingatkan umat agar jangan mencari
mukjijat di Sendangsono. Yang harus selalu dikumandangkan bila berziarah ke
Sendangsono adalah mengucap syukur kepada Tuhan yang Mahaesa lewat Bunda Maria
karena telah melimpahkan rahmat dan kemurahanNya kepada manusia. Dalam
pemberkatan itu juga ada doa penyerahan yang didoakan oleh Rama FX. Satiman SJ:
“Ibu Maria yang murni di Kalibawang berkatilah dan lindungilah kami yang mengungsi
ke hadapanmu”.
a.
Kajian Teologis
Secara dogmatis memang terdapat
beberapa perbedaan dan perdebatan tentang Maria Ibu Yesus sepanjang sejarah
tetapi tulisan saya tidak ingin berada pada lingkaran perbedaan itu terlalu
jauh sebaliknya beberapa hal penting menjadi pertimbangan-pertimbangan secara
teologis disini dengan tetap menempatkan Maria dalam koridor sebagai mitra
Allah di dunia ini. Beberapa kajian teologis yang dapat dikemukakan disini adalah
sebagai berikut:
Ø Devosi kepada Maria
Berdasarkan
sejarah diketahui bahwa keberadaan Gua Maria Sendangsono adalah agar Maria Tak
Bernoda dapat bersemayam disana maka dengan demikian orang-orang dapat memohon
perlindungan. Selain itu merujuk perkataan dari Rama JB. Prennthaler SJ bahwa pendirian
Goa Maria Sendangsono merupakan wujud syukur atas perlindungan Bunda Maria pada
karya misi di Kalibawang dimana pada saat pemberkatannya merupakan monumen peringatan
25 tahun karya misi Katolik di Kalibawang.
Ibadat
khusus kepada Bunda Allah yang lebih popular dengan sebutan devosi, selain mengacu pada maksudnya
yaitu menghormati Bunda Allah, juga mengacu pada pola tata laksananya yang
sedikit banyak tetap. Secara prinsipal devosi yang diungkapkan dalam bentuk Doa
Rosario, litani, ziarah, dan sebagainya lebih bersifat pribadi (privatus) dibandingkan ibadat publik (publicus) yang dirayakan seluruh gereja dan berciri
mengikat. Ibadat khusus kepada Perawan Suci yang dihayati oleh anggota gereja
demi penghormatan, cinta, permohonan bantuan, merupakan salah satu sarana yang
dianjurkan demi sembah bakti dan pemuliaan Tuhan Yesus[11].
Sejarah devosi kebanyakan berasal dari pengalaman-pengalaman rohani (dan
penglihatan) individu-individu yang lugu dan sederhana (kebanyakan adalah
anak-anak) yang terjadi di puncak gunung yang terpencil yang dalam beberapa
waktu kemudian menciptakan emosi yang kuat di tengah-tengah umat Katolik yang
sangat besar jumlahnya. Reaksi kuat di tengah-tengah umat Katolik ini kemudian
mempengaruhi tingkatan atas hierarki Gereja Katolik Roma. Sebuah contoh bagus
dari hal ini adalah kasus Santo Juan Diego yang ketika sebagai anak muda pada
tahun 1531 melaporkan sebuah penampakan Santa Perawan Maria pada suatu subuh
dimana ia diperintahkan untuk membangun sebuah gereja di Bukit Tepeyac di
Meksiko[12].
Ø Mariologi
“Ad
Jesum per Mariam” (Menuju Yesus melalui Bunda Maria). Menurut tradisi Katolik,
Maria adalah jalan menuju Yesus. Karena
penghormatan kepada Bunda Maria tidak terlepas dari penghormatan kita kepada
Yesus. Kita menuju Yesus melalui Bunda Maria. Maka, secara prinsip, dapat
dikatakan demikian:
1. Seluruh gelar dan
kehormatan Maria yang diberikan Allah kepadanya adalah demi kehormatan Yesus
Kristus Putera-Nya, dan penghormatan ini selalu berada di bawah penghormatan
kepada Kristus.
2. Dasar penghormatan
kepada Bunda Maria adalah karena perannya sebagai Bunda Allah.
3. Sebagai Bunda Allah,
Maria dikuduskan Allah dan mengambil peran istimewa dalam keseluruhan rencana
keselamatan Allah[13].
Mariologi
dalam Gereja Katolik Roma adalah sebuah bagian teologi yang berhubungan dengan
Maria, ibu Yesus. Maria dalam Gereja Katolik Roma dijuluki sebagai Sang Perawan
Suci dan Ibu Tuhan sehingga ia disebut memiliki sebuah martabat yang tak
terhingga yang berasal dari kebaikan yang tak terhingga pula, yakni Allah.
Secara teologis, Mariologi Katolik Roma tidak hanya membahas kehidupannya saja,
namun juga membahas berbagai penghormatan kepadanya dalam kehidupan
sehari-hari, doa-doa, serta kesenian, musik dan arsitektur yang bertemakan
Maria dalam kehidupan Kristiani[14].
Mariologi Katolik Roma masih dan terus-menerus dibentuk tidak hanya oleh
ensiklik kepausan tapi juga oleh hal-hal lain yang saling mempengaruhi mulai
dari tulisan-tulisan para orang-orang suci gereja hingga berbagai pembangunan
gereja-gereja agung yang didedikasikan untuk Maria di lokasi-lokasi
penampakannya pada anak-anak di pegunungan terpencil yang diterima sensus
fidelium (berdasarkan keimanan bersama). Di beberapa kasus, sensus fidelium
kadang-kadang mempengaruhi keputusan-keputusan kepausan mengenai Maria,
melengkapi Mariologi dengan komponen “teologi rakyat” yang membedakannya dari
komponen-komponen teologi formal lainnya. Dalam hal kepopuleran dilihat dari
jumlah pengikut, keanggotaan di dalam gerakan dan perkumpulan yang berorientasi
pada Maria tumbuh dengan jumlah yang sangat berarti pada abad ke-20[15].
Maria
mengembangkan pengertian yang lebih mendalam mengenai siapa Kristus itu dan apa
yang dilakukan-Nya. Kristologi tanpa Maria adalah suatu hal yang salah menurut
pandangan Gereja Katolik Roma, karena teologi tersebut berarti tidak didasarkan
pada wahyu Kitab Suci yang penuh. Gereja hidup dalam hubungannya dengan
Kristus. Sebagai Tubuh Kristus, Gereja juga memiliki hubungan dengan ibu-Nya,
yang menjadi topik utama dari Mariologi Katolik. Maria dipandang sebagai citra
asli Gereja, atau, seperti yang dinyatakan dalam Konsili Vatikan II, “Bunda
Gereja”. Keibuan Maria menyempurnakan keperawanannya, dan keperawanannya
menyempurnakan keibuannya. Itulah sebabnya dalam bahasa Yunani, ia menerima
gelar yang paling tinggi yang pernah diterima oleh seorang manusia: “Theotokos,
Bunda Allah.” Gelar lainnya adalah Perawan
Terberkati Maria atau Bunda kita (Notre Dame, Nuestra Señora, Madonna). Pada
abad ke-5, Konsili Ekumenis Ketiga memperdebatkan pertanyaan apakah Maria layak
digelari sebagai Theotokos dan puncaknya menegaskan penggunaan gelar tersebut.
Gereja-gereja yang didedikasikan kepada Maria muncul di seluruh tanah Kristen
saat itu, di antaranya yang terkenal adalah Basilika Santa Maria Maggiore di
Roma dan Hagia Sophia di Konstantinopel. Ajaran mengenai Pengangkatan Tubuh
Maria ke Surga menyebar luas di dunia Kristen mulai dari abad keenam dan
selanjutnya. Hari peringatannya ditetapkan pada tanggal 15 Agustus baik di daerah
Romawi Timur maupun Barat.
Ø Bunda Maria dalam pandangan umat Kristen
Protestan
Kristen
Protestan terutama Calvinis tidak menunjukkan banyak perhatian kepada Maria
selain pada peristiwa kelahiran Yesus. Dalam teologi Protestan tidak dikenal gelar
Maria Bunda Allah namun Maria dikenal dengan istilah-istilah umum seperti
Perawan Maria, Anak Dara Maria dan Maria Ibu Yesus. Maria adalah Ibu Yesus di
bumi, perempuan yang dipilih Allah untuk mengandung dan melahirkan Yesus. Pengakuan
akan Maria sebagai Ibu yang mengandung Putera Allah, termaktub dalam Pengakuan
Iman Rasuli: “lahir dari anak dara Maria”
atau versi Pengakuan Iman Kontantinopel: “menjadi daging oleh Roh Kudus dari anak dara Maria”. Salah satu
yang menimbulkan reformasi sebagai tonggak lahirnya Kristen Protestan adalah
sikap penolakkan terhadap devosi Maria. Pada awalnya para reformator gereja
mengikuti ajaran gereja mula-mula masih menghormati Maria dan menerima ajaran
tentang Maria (Bunda Allah, keperawanan sebelum dan sesudah mengandung Yesus,
kesucian Maria) tetapi kemudian mereka memprotes adanya devosi terhadap Maria
yang dinilai berlebih-lebihan[16].
Sehingga pengaruh reformasi itu sangat terasa dalam pandangan tentang Maria
seperti contohnya di Inggris. Disebutkan bahwa beberapa tokoh terkemuka di
Inggris pada abad ke-16 menganggap ziarah ke tempat-tempat ziarah yang
didirikan untuk menghormati Maria serta berdoa rosario itu tidak-Alkitabiah,
"takhyul", dan/atau pemberhalaan. Sejak tahun 1535 sampai 1538, di
bawah perintah Raja Henry VIII, seluruh tempat-tempat ziarah Kristiani di
Inggris dihancurkan karena para reformer Protestan percaya bahwa tempat-tempat
itu berpengaruh buruk terhadap kerohanian masyarakat. Banyak dari tempat-tempat
ziarah yang dihancurkan tersebut adalah tempat-tempat ziarah yang didirikan
untuk menghormati Maria, di antaranya adalah tempat ziarah Our Lady of
Walsingham yang sangat populer, serta berbagai pusat ziarah lainnya di Ipswich,
Worcester, Doncaster, dan Penrise. Tempat ziarah Our Lady of Walsingham telah
diziarahi oleh dua dari kelima isteri Henry, yakni Catharina dari Aragon dan
Anne Boleyn. Kedua wanita itu juga wafat sekitar waktu penghancuran tempat ziarah
tersebut pada tahun 1538[17].
Ø Bunda Maria dalam pandangan umat Islam
Dalam
perspektif Islam, Bunda Maria, lebih dikenal dengan nama Maryam binti ‘Imran (Maryam
puteri/anak perempuan dari ‘Imran) merupakan satu dari empat wanita paling
agung yang pernah hidup di dunia, di samping Asiyah isteri Fir’aun, Khadijah
isteri Nabi Muhammad s’aw, dan Fathimah binti Muhammad s’aw. Bahkan Maryam
merupakan satu-satunya wanita yang namanya diabadikan dalam kitab
suci Al-Qur’an. Bahkan salah satu surahnya, ada yang dinamai dengan surah
“Maryam” (surah ke-19). Namun berbeda dengan iman Kristiani, dalam akidah Islam,
Maryam (dan makhluk lainnya tanpa terkecuali) tidak memiliki secuilpun bagian
dari masalah ketuhanan dan peribadahan. Jadi beliau tidak dapat dijadikan
perantara dalam beribadah dan berdo’a, dan tidak memiliki andil dalam masalah
ketuhanan yang lain. Dalam masalah ibadah, umat Islam diperintahkan untuk
langsung beribadah kepada Allah SWT tanpa perantara[18]. Ada beberapa bagian dari sejarah Maryam r’a yang diabadikan
dalam kitab suci al-Qur’an. Beliau dalam masa hidupnya dipenuhi oleh kesucian
dan ketaatan kepada Allah dan selalu dikelilingi oleh orang shalih. Setelah
beliau dilahirkan, ibu beliau (Hannah) membawanya ke Baitul Maqdis dan
menyerahkan pengawasan beliau kepada Nabi Zakariyya ‘as. “… dan Allah
menjadikan Zakariyya pemeliharanya…” (QS. Ali ‘Imran (03): 37). Beberapa bagian
al-Quran menuliskan tentang Maria sebagai berikut:
Allah
membela Maryam saat tuduhan zina dilemparkan kepada beliau lantaran memiliki
anak tanpa suami. “Maka Maryam membawa
anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata,’Hai Maryam,
sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.’” (QS. Maryam (19)
: 27). Lalu Allah menunjukkan kuasa-Nya.
“Maka
Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata,’Bagaimana kami akan berbicara
dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?’ {29} Berkata ‘Isa,’Sesungguhnya
aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku
seorang nabi. {30} dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja
aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan)
zakat selama aku hidup, {31} dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak
menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. {32} Dan kesejahteraan semoga
dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada
hari aku dibangkitkan hidup kembali.’”{33} [QS. Maryam (19)]. Itu merupakan
mukjizat ‘Isa ibn Maryam (‘Isa putera Maryam) yang pertama di alam dunia ini.
“Dan
(ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata,’Hai Maryam, sesungguhnya Allah
telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di
dunia (yang semasa dengan kamu). [42] Hai Maryam, taatlah kepada Rabbmu, sujud
dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'.’” [43] {QS. Maryam (19)}.
Ø
Maria sebagai Wajah Sang Pembebas
Memandang Maria dalam sudut pandang perempuan Asia dapat
dikemukakan pendapat Marianne. Saya memandang Maria sebagai model yang utama
dari kemanusiaan, yang bertumbuh menjadi citra Allah sepenuhnya. Sebagai
perawan yang siap menerima (siap menerima tindakan Allah) dan Ibu yang kreatif
(ikut serta dalam menyampaikan kabar baik tentang keselamatan kepada dunia),
dia model bukan hanya untuk perempuan, tetapi juga untuk laki-laki. Ia
merupakan manusia baru (lelaki-perempuan), bersikap siap menerima dihadapan
Allah yang memanggilnya menjadi imago dei. Pembebasan manusia seringkali kelihatan
sebagai suatu perjuangan yang suram dan tanpa sukacita. Namun Magnificat
menunjukkan keadaan yang berbeda. Dan saya bermegah dalam kenyataan bahwa
perempuan Asia ini, Maria ini, dalam perjumpaannya dengan Allah, melantunkan
nyanyian agung ini dengan ucapan syukur dan sukacita yang dipersembahkan kepada
Allah, yang membebaskan melalui kaum tertindas. Melalui Maria, kaum perempuan
dengan suatu cara yang khusus mempersonifikasikan kaum tertindas, walaupun ia
mewakili semua rakyat tertindas, bukan hanya kaum perempuan. Maria benar-benar
bebas, manusia yang sepenuhnya dibebaskan, tersentuh dan bebas[19].
b. Kajian
Spiritualitas
Berdoa di depan Gua Maria dapat menjadi
pilihan untuk mencari ketenangan batin. Banyak orang memanjatkan doa dengan
bersimpuh atau berdiri dan
menyalakan lilin di depan gua ini. Kita bahkan bisa menuliskan permohonan atau
curahan hati dalam secarik kertas, lalu memasukannya dalam pot tempat
pembakaran surat agar Tuhan menerimanya. Umat Katolik menyakini Maria
sebagai Ibu Yesus sekaligus dapat menjadi perantara syukur dan permohonan
kepada Tuhan. Maria dihormati sebagai Ibu yang dapat menolong manusia yang
ingin dekat dengan Tuhan. Berikut ini dapat dikemukakan beberapa kajian
spiritualitas yang dapat dimaknai dalam ikon patung Bunda Maria:
ü
Menjadi satu dengan Allah
Bagi saya, ikon Sang perawan dari
Vladimir pelan-pelan telah menjadi ajakan yang lembut tetapi sekaligus kuat,
untuk meninggalkan lingkungan dunia yang memecah belah dan memperbudak dan
masuk kedalam lingkungan Allah yang mempersatukan dan memerdekakan.[20]
Itulah makna kehadiran Bunda Maria dalam perjalanan rohani Nouwen. Gerakan kontemplasi
Nouwen yaitu, dimulai dari mata Sang Perawan menuju tangannya, dari tangannya
menuju sang anak, dari sang anak kembali kepada matanya. Gerakan ini menyatakan
kepadanya jawaban atas pertanyaan, kita ini milik siapa?[21]
Pandangan tentang kesatuan dengan
Allah juga diungkapkan oleh Soelle bahwa untuk memuji Tuhan dan kehilangan apapun
seperti yang Allah arahkan kepada “hidup dalam Allah”, ada tradisi yang disebut
via unitive. Untuk menjadi satu
dengan apa yang dimaksudkan dalam penciptaan memiliki bentuk penciptaan
bersama-sama; untuk hidup di dalam Allah berarti mengambil bagian aktif dalam
penciptaan berkelanjutan.[22] Kita ada dan ambil bagian bersama Allah dalam
penciptaan berkelanjutan yang senantiasa dikerjakan oleh Allah sepanjang
sejarah manusia di dunia ini.
Penyatuan ini
menjadikan kita adalah anak-anak Allah seperti dalam pandangan Eckhart. Lalu
kita benar-benar menjadi anak-anak Allah dan seperti panenteistik Allah. Kita dapat
berkata bersama Meister Eckhart, kita diatas segalanya, seperti Allah diatas
segala-sagalanya. Dalam Kristus berarti dalam-Allah dan dalam-Roh, pada
gilirannya adalah dalam-orang lain, seperti dalam Persekutuan Orang Kudus dan Tubuh
Mistik. Kita diatas segalanya, seperti Allah diatas segala-galanya[23].
Lebih lanjut Eckhart bahkan
menyarankan bahwa apa yang mendorong Allah untuk menjadi seorang anak dalam
rahim Maria adalah limpahan kelahiran spiritual yang ia mengerti. Dengan kata
lain, terobosannya membawa terobosan Allah kedalam sejarah manusia[24].
Mengalami penyatuan dengan Allah memang sebuah kerinduan mendalam dan harus
melalui tahapan yang tidak mudah tetapi melalui ikon patung Bunda Maria dapat
menolong kita untuk memasuki misteri itu.
ü
Doa dan keheningan dalam upaya menemukan
Tuhan
Para
pengunjung tidak hanya orang yang beragama Katolik. Banyak yang datang ke
tempat ini untuk menikmati kesunyian yang sangat jarang didapatkan di tengah
kota. Selain itu, suasana Sendangsono sangat mendukung untuk refleksi diri,
menyadari segala sesuatu yang terjadi pada diri kita. Mudahnya, kita dapat
menemukan Tuhan dalam kesunyian Sendangsono. Sulit bagi kita untuk menemukan
tempat yang begitu nyaman untuk menenangkan diri, Sendangsono salah satunya.
Semilir angin berhembus ditambah suara gemericik air menyambut aura hangat yang
memancar dari setiap sudut Sendangsono. Di tempat inilah kita dapat menemukan
diri kita seutuhnya di hadapan Sang Pencipta[25].
Menurut Soelle, untuk memakai
kesadaran Tuhan bukan berarti berpaling kedalam tetapi menjadi bebas untuk cara
hidup yang berbeda dalam menjalani hidup: Lihat apa yang Tuhan lihat! Mendengar
apa yang Tuhan dengar! Tertawa di mana Tuhan tertawa! Menangis di mana Tuhan
menangis. Bagian dari itu juga adalah berbicara dengan mulut Tuhan. Tetapi itu
menyiratkan sesuatu yang berbeda, baru, doa mistik. Latihan dalam melihat
bagaimana Tuhan melihat terjadi dalam berbicara dengan Tuhan seperti berbicara
dengan seorang teman (Kel. 33:11). Jika ada kata kerja untuk kehidupan mistik
adalah berdoa. Ini adalah aktifitas yang berlebihan, ini adalah menghabiskan
waktu yang produktif terjadi sunder
warumbe (tanpa mengapa atau untuk apa). Hal ini bebas dari motif
tersembunyi karena sangat diperlukan. Berdoa itu berakhir dengan sendirinya dan
bukan sarana untuk memperoleh tujuan tertentu. Pertanyaannya apakah itu
mencapai? Harus terdiam dalam menghadapi realitas doa[26].
Saya meyakini sesungguhnya Tuhan menyukai keheningan. Sama seperti Yesus yang
suka mencari tempat untuk berhening dalam doaNya. Mungkin kita juga bisa
menggapaiNya dalam keheningan doa.
ü
Cinta
kasih
Jalinan
yang mempersatukan Maria dengan PuteraNya adalah cinta kasih. Cinta kasih yang
tiada taranya yang dibangun atas dasar penyerahan total kepada Allah. Jalinan
yang mempersatukan itu juga menampakkan asal usul iman Maria yakin bukan dari
dunia ini melainkan dari Allah yang mengikutsertakannya dalam karya
penyelamatan[27].
Eckhart berpandangan dengan
imitasi Maria yang kita punya, kita menjadi ibu Allah, melahirkan anak Allah
dalam sejarah manusia. Ketika kita sangat bermanfaat, itu pertanda kita menjadi
anak Allah bagi diri kita sendiri. Jika engkau memiliki bayangan dalam hatimu,
engkau belum menjadi Ibu. Engkau lebih masih dalam tindakan melahirkan anak dan
tertutup untuk waktu kelahiran. Anak itu akan lahir ketika sukacita ilahi lahir
atasmu. Dan ini membutuhkan kebulatan tekad dalam bagian kita. Memiliki
kepedulian dengan anak tidak hanya akan diproses dilahirkan tetapi itu seperti
yang dikatakan Kitab Suci, pemberian terbaik adalah bahwa kita harus menjadi
anak Allah dan Ia harus melahirkan anakNya di dalam kita.[28]
Saya setuju dengan pendapat Eckhart ini, memang harus ada tekad untuk
mengekspresikan cinta kasih kepada Allah melalui ikatan sebagai anak-anak
Allah, dan Maria sudah menunjukkan hal itu.
Cinta kasih Maria kepada
puteranya Yesus, agaknya seperti cinta yang dimaknai oleh Rumi yaitu sesuatu
yang tidak dapat diuraikan bahkan oleh pikiran sekalipun[29].
Sesungguhnya cinta sendirilah yang dapat menguraikan dirinya. Saya melihat
cinta melalui rasa pilu karena berpisah yang diuraikan Rumi dalam puisinya ini
kiranya seperti yang dirasakan Maria ketika harus menyaksikan sendiri
penderitaan anaknya yang disiksa bahkan sampai mati di kayu salib. Anak yang ia
kandung, lahirkan dan besarkan dengan penuh cinta kasih. Hati seorang ibu mana
yang tidak hancur menghadapi kenyataan seperti itu. Saya pikir ini sebuah
perpisahan terberat bagi Maria. Namun cinta kasih Maria sebagai seorang ibu ini
tidak dapat menghentikan karya Allah yang lebih besar melalui kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus bagi umat manusia dan seluruh ciptaan. Cinta kasih
itu pulalah yang menyebabkan ia tetap setia termasuk dalam kumpulan rasul-rasul
mennati-nanti penggenapan janji Allah di Kisah Para Rasul.
ü
Ketaatan
“Sesungguhya
aku ini adalah Hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu (Luk 1:
38)”. Itulah perkataan Maria cermin ketaatannya kepada kehendak Allah. Sekalipun
Maria tergantung pada puteraNya, dalam arti tertentu rencana penyelamatan itupun
tergantung pada Maria, yakni dalam kesediaan Maria menjadi Bunda Penebus
terbukalah kemungkinan bagi universalitas keselamatan. Maria, Bunda Sabda yang
menjadi daging adalah jaminan realitas peristiwa inkarnasi. Kesediaan Maria
menjadi BundaNya berarti memberi kesempatan pada Allah untuk masuk dalam
situasi dan mengalami sejarah manusia[30].
Mariology Eckhart signifikan untuk
bagaimana menghindari semua sentimentalisme, semua kesalehan alas, dan semua
godaan untuk Mariolatry. Dia mendiskusikannya lewat sermon dalam konteks Tubuh
Mistik dan Persekutuan Orang Kudus dan sukacita yang adalah milik kita dan ia.
Bagi Eckhart Maria adalah keberadaan manusia yang menunjukkan kepada kita
bagaimana menjadi Bunda Allah. Dia tahu bagaimana melepaskan dan membiarkan[31].
Mariolatry adalah paham yang menyatakan Maria dalam keadaan yang semestinya
sebagai wanita yang mau untuk tunduk pada kehendak Allah dan pekerjaan Roh Kudus,
tidak lebih tidak kurang. Teladan Maria yang harus kita ikuti. Sebagai
keilahian benar-benar memberi dirinya alasan di wanita kami, dia menerima
karena dia murni dan sederhana-dalam Rahim. Sekarang jika ia tidak lahir dalam
Allah dalam alasannya, dia tidak akan pernah menerima Kristus dalam rahimnya.
Maria melahirkan dalam kepenuhan waktu dan kita diberitahu untuk melakukan hal
yang sama[32].
Ketaatan bermula dari sikap penerimaan yang tulus dan tak terhingga. Maria
sudah mengajarkan kita tentang hal itu.
c. Kajian Seni
Sang Perawan Suci Maria adalah salah satu dari tema-tema penting dalam
Kesenian Kristiani, Kesenian agama Katolik Roma dan Kesenian Dunia Barat selama
berabad-abad. Ratusan ribu seni rupa
Bunda Maria dalam agama Katolik Roma yang membahas berbagai tema seni
Bunda Maria telah dibuat, mulai dari para maestro seperti Michelangelo dan Botticelli hingga seniman-seniman kecil di pedesaan[33]. Selain dibuat dalam bentuk lukisan dan beragam karya seni
lainnya maka Maria juga dibuat dalam bentuk patung. Patung adalah benda tiga dimensi karya manusia
yang diakui secara khusus sebagai suatu karya seni. Orang yang
menciptakan patung disebut pematung.
Tujuan penciptaan patung adalah untuk menghasilkan karya seni yang dapat
bertahan selama mungkin. Karenanya, patung biasanya dibuat dengan menggunakan
bahan yang tahan lama dan sering kali mahal, terutama dari perunggu dan batu
seperti marmer, kapur, dan granit. Kadang, walaupun sangat jarang, digunakan pula bahan berharga seperti emas, perak, jade, dan gading. Bahan yang
lebih umum dan tidak terlalu mahal digunakan untuk tujuan yang lebih luar,
termasuk kayu, keramik, dan logam[34]. Patung Bunda
Maria Sendangsono ini dibawa dari Swiss, tentang siapa yang membuatnya tidak
ada informasi yang saya dapatkan mengenai hal tersebut. Patung yang terbuat
dari gerabah ini memiliki berat 300 kg dipesan khusus dari Prancis.
Ketika ia memandang ke arah gua
terdekat Massabielle dan melihat seorang wanita mengenakan gaun putih dengan
selendang biru. Wanita itu memiliki mawar kuning di setiap kaki yang cocok
dengan warna rantai rosarionya. Bernadette membuat tanda salib dan berdoa,
selesai berdoa wanita itu menghilang[35].
Mungkin saja berdasarkan penampakkan ini maka para pematung merealisasikan
gambaran Maria dengan memakai gaun putih dan berselendang biru lengkap dengan
rantai Rosario. Umumnya patung Bunda Maria dibuat dengan dua macam model yaitu
ia sendiri dan ia yang menggendong Yesus. Rata-rata dalam posisi berdiri.
Patung Bunda Maria yang sendiri biasanya dibuat dengan mata memandang kebawah
atau keatas dengan posisi tangan terbuka atau mengatup. Kedua-duanya
menyiratkan ekspresinya yang mengandung beragam makna seperti cinta kasih,
ketaatan total, penyerahan diri, kesedihan, dll. Adapun patung Bunda Maria
Sendangsono bergaun putih namun tidak memakai selendang biru. Ia memegang
Rosario ditangannya. Tangannya terkatup dan matanya memandang keatas dengan
mahkota diatas kepalanya.
Di Yogyakarta sendiri terdapat
para pengrajin yang khusus membuat Patung Bunda Maria[36].
Adapun mereka melayani pesanan patung seperti Fatima, patung Maria Lourdess
yang sering ditemui, namun seringkali, untuk alasan tertentu, pihak pemesan
menginginkan patung bunda Maria dalam wujud yang berbeda, baik itu dalam hal
ukuran, tampilan, ataupun langgam patung. Semisal patung bunda Maria berlatar
belakang budaya Jawa, patung bunda Maria berlatar belakang budaya oriental
(Chinese, Korea, Jepang, dll), patung Maria berlatar belakang Papua, dll. Masing-masing
memiliki sentuhan cita rasa seni yang khas. Mereka menyediakan jasa membuat
patung bunda Maria sesuai kebutuhan. Apapun stylenya dan berapapun ukurannya,
mereka berusaha mewujudkannya. Material patung yang bisa digunakan adalah
fiberglass resin, GRC dan logam (perunggu dan kuningan). Pemesan mempersiapkan
foto atau desain gambar Bunda Maria yang ingin dibuatkan patungnya. Proses
pembuatannya dilakukan dengan cara dan tahap standar dalam pembuatan patung,
mulai dari modelling tanah liat, juga dengan semen putih dan gip, pembuatan
cetakan banyak potongan, mencetak (pengecoran), perakitan dan finishing yang
dimulai dari proses penghalusan hingga pengecatan. Kalau diambil rata-rata,
satu patung diselesaikan dalam waktu satu setengah bulan. Menurut mereka yang
perlu diberikan tekanan pada pembuatan patung Maria adalah pada bagian muka (face/mimik) harus diberikan kesan teduh
atau mengayomi (hal ini merupakan pesan khusus dari pemesannya), juga asesoris
yang memiliki makna tersendiri.
III. KESIMPULAN
Mengutip ungkapan terkenal yaitu:
“De
Maria numquan satis”, yang artinya Maria tidak pernah cukup
diperbincangkan, diperdebatkan, dimuliakan maka seperti itulah yang dapat saya
ungkapkan mengakhiri tulisan ini. Saya meyakini Bunda Maria sebagai seorang
perempuan yang memiliki spiritulitas yang tinggi ketika ia dapat memahami isi
hati Allah dalam segala keterbatasannya sebagai seorang manusia, ketika ia
begitu berani menerima perintah Allah untuk melahirkan Yesus. Saya menghormati
dan mengasihi Maria sebab ia membuat saya mencintai Yesus, putera Allah sebagai
Juruselamat saya dalam seluruh peziarahan rohani saya, termasuk betapa teduhnya
hati saya ketika mendengar adik perempuan saya dan anaknya melantunkan Salam
Maria pada setiap Doa Rosario di rumah. Saya juga menaruh harapan ia dapat
melindungi semua perempuan dan para Ibu di muka bumi ini ketika mereka pun sama
seperti Bunda Maria mengambil pilihan untuk menjadi mitra Allah dalam
perjuangan akan keadilan, kesetaraan, perdamaian dan keutuhan ciptaan
ditengah-tengah dunia yang kian porak-poranda akibat bencana kemanusiaan karena
kerusakkan moral maupun karena bencana alam akibat kerusakkan ekologis. Secara
garis besar kesimpulan yang dapat ditarik dari ikon patung Bunda Maria Sendangsono
adalah sebagai berikut:
v Ikon-ikon
dapat menolong kita dalam peziarahan batin untuk berjumpa dengan Allah,
menikmati persekutuan yang intim dengan Dia. Tentu saja persekutuan ini lebih
bersifat pribadi. Sikap penerimaan Maria sebagai perantara kepada Allah, Ibu
Yesus atau sebagai Sang pembebas, atau apapun itu tidak masalah sebab semua berpulang
kepada penghayatan kita masing-masing
v Ikon
Bunda Maria mengalami perkembangan dari waktu ke waktu seiring perdebatan yang
mengikutinya, karena anggapan penyembahan berhala dan meniadakan penyembahan
Yesus Kristus pada zaman reformasi Protestan maka praktis ikon-ikon ini
mengalami pelarangan bahkan dihancurkan
v Ikon
patung Bunda Maria Sendangsono merupakan wujud ungkapan syukur umat Katolik Kalibawang
atas perlindungan yang diterima umat terlebih khusus merupakan saksi sejarah
perkembangan misi Katolik di Tanah Jawa. Keberadaannya diharapkan senantiasa
membawa perlindungan bagi umat.
v Menitikberatkan
pada fungsinya sebagai sarana mencapai penyatuan dengan Allah dan menyatakan
ungkapan syukur atas rahmat Allah dalam kehidupan ini maka sikap iman kita
terhadap ikon Bunda Maria Sendangsono akan menghindarkan kita dari obsesi
mencari mujizat atau penyembahan berhala.
v Spiritualitas
yang dapat diambil dari ikon patung Bunda Maria ini sesungguhnya sangat kaya
karena dapat mengajarkan kita bagaimana menyatu dengan Allah, berjumpa dengan
Allah dalam doa dan keheningan diri, menyatakan cinta kasih kita kepada Allah, serta
memiliki ketaatan yang total kepada Allah.
v Ikon
patung Bunda Maria adalah sebuah hasil karya manusia yang memiliki cita rasa
seni tinggi dan patut untuk diapresiasi setinggi-tingginya disamping dimensi
teologis dan spiritualitas yang menyertainya.
SUMBER RUJUKAN
Buku-buku dan Bahan Kuliah:
Fox,
Mathew, Breakthrough: Meister Eckhart’s
Creation Spirituality in New Translation, New York: Image Books, 1980
Kristiyanto,
A. Eddy OFM, Maria dalam Gereja:
Pokok-Pokok Ajaran Konsili Vatikan Tentang Maria Dalam Gereja, Yogyakarta:
Kanisius, 1987
Nouwen, Henry
JM, Pandanglah Wajah Kasih Allah, Yogyakarta:
Kanisius, 2003
Katoppo, Marianne,
Compassionate and Free, Tersentuh dan
Bebas, Teologi Seorang Perempuan Asia (Jakarta: Aksara karunia, 2007)
Soelle,
Dorothee, The Silent Cry: Mysticism and
Resistance, Minneapolis: Fotress Press, 2001
Penjelasan Pdt.
Prof. EG. Singgih Ph.D dalam kuliah tgl 11 September 2014
Puisi
Rumi: “Yang Menerangkan Cinta Adalah Cinta Sendiri”, bahan kuliah tgl 02
Oktober 2014
Artikel-artikel dari internet:
http://www.kaskus.co.id/show_post/52b176fb18cb173e188b464f/2/santa-perawan-maria-dari-fatima,
akses tgl 15 Desember 2014
id.wikipedia.org/wiki/Sendangsono, akses
tgl 12 Desember 2014
Mualim
M Sukethi, http://borobudurlinks.blogspot.com/2010/03/sendangsono-keindahan-mistik-di.html,
akses tgl 12 Desember 2014
http://monachoscorner.weebly.com/devosi-protestan-pada-bunda-maria.html,
akses tgl 15 Desember 2014
http://bppiuns.blogspot.com/2012/09/bunda-maria-sudut-pandang-islam.html,
akses tgl 12 Desember 2014
http://www.sendangsono.site90.net/home.html,
akses tgl 12 Desember 2014
http://hariantanpabatas.blogspot.com/2013/02/sendangsono-lourdes-van-java.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Maria, akses
tgl 12 Desember 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_rupa_Bunda_Maria_dalam_agama_Katolik_Roma,
akses tgl 12 Desember 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Patung,
akses tgl 12 Desember 2104
http://www.jasapatung.com/2013/05/membuat-patung-maria.html,
akses tgl 12 Desember 2014
http://katolisitas.org/5437/sekilas-ajaran-gereja-tentang-bunda-maria, akses tgl 19 Desember 2014
[1]Berdasarkan sejarahnya
bahwa Bunda Maria beberapa kali menampakan diri pada orang-orang terpilih.
Salah satu penampakan yang paling terkenal adalah penampakan Bunda Maria kepada
Santa Bernadette Soubirous di sebuah Gua Massabielle yang ada di kota Lourdes,
Perancis pada tahun 1858. Gua Massabielle-Lourdes kemudian menjadi tempat
ziarah Gua Maria paling populer. Tempat ziarah ini pulalah yang kemudian
menjadi inspirasi untuk membuat tempat ziarah serupa pada komunitas Katolik
setempat. Dari situ muncullah tempat ziarah Gua Maria di banyak tempat di dunia
dalam www.katedraljakarta.or.id/berita-sejarah-gua-maria.html, akses tgl 12 Desember 2014
[2]Henri J.M Nouwen, Pandanglah Wajah Kasih Allah (Yogyakarta:
Kanisius, 2003) hal 15
[3]Penjelasan Pdt. Prof. EG. Singgih
Ph.D dalam kuliah tgl 11 September 2014
[4]Nouwen, ibid, hal 17
[5]http://www.kaskus.co.id/show_post/52b176fb18cb173e188b464f/2/santa-perawan-maria-dari-fatima, akses tgl 15 Desember 2014
[6]id.wikipedia.org/wiki/Sendangsono
[8]ibid
[9]Mualim M Sukethi,
http://borobudurlinks.blogspot.com/2010/03/sendangsono-keindahan-mistik-di.html,
akses tgl 12 Desember 2014
[10]http://www.sendangsono.info
[11]A. Eddy Kristiyanto OFM, Maria dalam Gereja: Pokok-Pokok Ajaran
Konsili Vatikan Tentang Maria Dalam Gereja, (Yogyakarta: Kanisius, 1987),
hal 85
[12]Imam kepala lokal tidak percaya pada ceritanya dan,
sebagai bukti, ia meminta sebuah peristiwa ajaib. Permintaanya ini kemudian
dipenuhi dengan hadirnya gambaran Ratu Guadalupe Kami yang secara permanen
tercetak di mantel Juan Diego yang dikenakannya saat mengumpulkan bunga mawar.
Secara keseluruhan, Juan Diego tidak menerima banyak perhatian dari Roma selama
era tahun 1530-an semenjak pihak gereja di Roma sedang sibuk menghadapi
tantangan gerakan Reformasi Protestan antara tahun 1521 hingga tahun 1579.
Walau demikian, pada saat banyak orang meninggalkan Gereja Katolik Roma di
Eropa sebagai hasil dari gerakan Reformasi Protestan, berita penampakan Sang
Perawan Maria dari Juan Diego merupakan unsur yang penting dalam menambah
hampir delapan juta orang umat Katolik di Benua Amerika antara tahun 1532
hingga tahun 1538. Pada akhirnya dengan puluhan juta pengikut, Juan Diego
memengaruhi Mariologi di benua Amerika dan di tempat lainnya, dan dinyatakan
sebagai “Yang Patut Dimuliakan” oleh Gereja Katolik Roma pada tahun 1987.
[13]http://katolisitas.org/5437/sekilas-ajaran-gereja-tentang-bunda-maria
[14]http://id.wikipedia.org/wiki/Maria
[15]ibid
[16]http://monachoscorner.weebly.com/devosi-protestan-pada-bunda-maria.html, akses tgl 15 Desember 2014
[17]id.wikipedia.org/wiki/Maria
[18]http://bppiuns.blogspot.com/2012/09/bunda-maria-sudut-pandang-islam.html, akses tgl 12 Desember 2014
[19]Marianne Katoppo, Compassionate And Free, Tersentuh dan Bebas,
Teologi Seorang Perempuan Asia (Jakarta: Aksara karunia, 2007) hal 32-33
[20]Henri J.M Nouwmen, Pandanglah Wajah Kasih Allah, (Yogyakarta:
Kanisius, 2003) hal 37
[21]Ibid, hal 38-39
[22]Dorothee Soelle, The Silent Cry: Mysticism and Resistance
(Minneapolis: Fotress press, 2001) hal 93
[23]Mathew Fox, Breakthrough:
Meister Eckhart’s Creation Spirituality in New Translation (New York: Image
Books, 1980) hal 333
[24]Fox, ibid, hal 336
[25]http://hariantanpabatas.blogspot.com/2013/02/sendangsono-lourdes-van-java.html
[26]Soelle, ibid, hal 293-294
[27]Eddy, ibid, hal 38
[28]Fox, ibid, hal 337
[29]Puisi Rumi Yang Menerangkan Cinta Adalah Cinta Sendiri, bahan
kuliah tgl 02 Oktober 2014
[30]Eddy, ibid, hal 18
[31]Fox, ibid, hal 335
[32]Fox, ibid hal 336
[33]http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_rupa_Bunda_Maria_dalam_agama_Katolik_Roma, akses 12 Desember 2014
[34]http://id.wikipedia.org/wiki/Patung, akses tgl 12 Desember 2104
Anda berniat memiliki Salinan Asli dari Ikon Ajaib, Theotokos dari Czestochowa, Kazan, dan penolong Abadi?
BalasHapusKami menjual salinan Asli Ikon Bunda Maria dari Czestochowa, Kazan, dan Bunda Penolong abadi, dilukis diatas kayu menurut peraturan Ikonograf.
Silahkan kunjungi dan lihat Ikon Ajaib Tradisional Katolik kami lainnya di belajarikonkatolik.blogspot.com